zwani.com myspace graphic comments
Welcome comments & graphics
Selamat Datang di Blog Sayaaƪ(˘⌣˘)┐ ƪ(˘⌣˘)ʃ ┌(˘⌣˘)ʃ

Sabtu, 05 Mei 2012

PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN SAMPAH


Latar Belakang
Sampah  merupakan  salah  satu  masalah  penting  dalam permasalahan  lingkungan  hidup yang  harus  mendapat penanganan sehingga tidak menimbulkan dampak lanjutan yang membahayakan. Permasalahan sampah akibat pengelolaan yang kurang  baik  menimbulkan dampak  pada  kesehatan,  lingkungan dan  estetika.  Pada  kota-kota  besar,  permasalahan  akibat pengelolaan sampah adalah pada terbatasnya lahan untuk sarana pengelolaan sampah.
PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN SAMPAH
Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).
Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan, pemusnahan dan pengangkutan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
A. PENYIMPANAN dan PEWADAHAN SAMPAH
Penyimpanan atau pewadahan adalah salah satu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, pindahkan, angkut dan dibuang ketempat pembuangan akhir (TPA). Penyimpanan sampah yang dimaksud adalah tempat pembuangan sampah sementara sebelum diangkut serta dibuang. Penyimpanan sampah setempat atau dekat dengan penghasil sampah merupakan hal yang penting dalam pengelolaan sampah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat sekitar sebab dapat melibatkan nilai-nilai keindahan,kesehatan dan ekonomi.
Adapun syarat-syarat tempat sampah sebagai berikut:
1. Konstruksi yang harus kuat.
2. Mudah diisi, dikosongkan dan dibersihkan.
3. Berukuran sedemikian rupa sehingga mudah diangkut.
4. kedap air dan tidak mudah berkarat.
5. Mempunyai penutup yang rapat sehingga tidak menarik serangga ataupun  binatang lainnya.
Mengingat sampah yang dihasilkan pada sebuah pasar terdiri dari dua jenis yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik), tentunya mempunyai tempat sampah yang harus sesuai dengan jenis sampahnya.


B. PENGUMPULAN SAMPAH
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).
Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003).
           C. PEMUSNAHAN SAMPAH
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain
Ø ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah    kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan sampah;
Ø dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran.
Ø dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.
D. PENGANGKUTAN SAMPAH
Pengangkutan, dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada pengumpulan dengan pola individual langsung, atau dari tempat pemindahan (Trasfer Depo, Trasfer Station), penampungan sementara (TPS, TPSS, LPS) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir. Sehubungan dengan hal tersebut, metoda pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan.
Pengangkutan sampah adalah pemindahan sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir yang relatif besar.
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem sebagai berikut :
1.     Untuk pengumpulan sampah yang dilakukan dengan sistem :
a.         Kendaraan angkutan dari pool lansung menuju lokasi pemindahan atau transfer depo untuk mengangkut sampah lansung ketempat pembuangan akhir (TPA).
b.        Dari tempat pembuangan akhir kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada ret berikutnya.
2.    Untuk pengumpulan sampah kontainer dengan sistem kontainer pola pengangkutan sebagai berikut:
Sistem pengosongan kontainer dengan proses:
a)        Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA.
b)        Kontainer kosong dikembalikan ke tepat semula.
c)        Kendaraan menujuh ke kontainer isi berikutnya untuk di angkut ke TPA.
d)       Demikian sampai ret berakhir.


PNGANGKUTAN DENGAN SISTEM CONTAINER ADA 4 CARA YAITU :
1.      Cara ke-1 (Sistem Container yang diganti)

Dari Pool, Armroll truck membawa container kosong (CO) menuju landasan container pertama (C1), menurunkan container kosong dan mengambil container penuh (C1) secara hidrolis, selanjutnya menuju TPA untuk menurunkan sampah. Dari TPA membawa container kosong (C1) menuju landasan landasan container ke - dua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container penuh (C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju kelandasan container berikutnya demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir ( 4 s/d 6 rit/hari ), dari TPA bersama container terakhir (Cn) yang telah kosong kembali ke Pool.
Pada cara ini pada TD/landasan container setiap saat selalu tersedia container ; sehingga gerobak tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu container kembali dari TPA.

2. Cara ke–2 (Sistem Container yang dipindah)

Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut container pertama (C1) ke TPA. Dari TPA, kendaraan tersebut dengan container kosong (C1) kembali menuju lokasi container berikutnya (C2), menurunkan container yang kosong (C1) dan mengambil container yang berisi sampah (C2) untuk diangkut ke TPA demikian seterusnya.
Pada rit terakhir setelah container kosong ( Cn ) diletakkan pada lokasi kontainer pertama , kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara ini terdapat kekosongan container pada landasan container pertama sampai Armroll truck membawa container kosong yang terakhir ( Cn ) dari TPA ke landasan pertama. Pada landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi kekosongan container. Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama karena kemungkinan ada gerobak yang menurunkan sampah atau individu yang membuang sampah di landasan yang tidak ada containemya.

3. Cara ke-3 (Sistem Container yang diangkat)

Pada cara ke-3 relatif sama dengan cara ke-2, hanya setelah container pertama (C1) dibawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya dari TPA tidak menuju ke lokasi landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari TPA kembali ke landasan kedua demikian selanjutnya. Secara merata setiap landasan (TD-III) akan terjadi kekosongan container selama kegiatan pengangkutan dari landasan ke TPA darn kembali ke landasan yang sama.

4. Cara ke-4 (Sistem Container Tetap)

Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut berupa truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama (C1) dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck compactor dari meletakkan kembali container yang kosong itu ditempatnya semula, kemudian kendaraan langsung menuju lokasi container kedua (C2) mengambil sampahnya dan meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya.

 Kesimpulan

Pengangkutan dan penyimpanan sampah harus dilakukan dengan baik dan dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. 
Daftar Pustaka


Sumber: Perencanaan Indonesia


Download PPTnya di sini : 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar