Latar Belakang
Sampah
merupakan salah satu
masalah penting dalam permasalahan lingkungan
hidup yang harus mendapat penanganan sehingga tidak menimbulkan
dampak lanjutan yang membahayakan. Permasalahan sampah akibat pengelolaan yang
kurang baik menimbulkan dampak pada
kesehatan, lingkungan dan estetika.
Pada kota-kota besar,
permasalahan akibat pengelolaan
sampah adalah pada terbatasnya lahan untuk sarana pengelolaan sampah.
PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN SAMPAH
Para ahli kesehatan
masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan
manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).
Pengelolaan
sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan, pemusnahan dan pengangkutan sampah
yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup.
A. PENYIMPANAN
dan PEWADAHAN SAMPAH
Penyimpanan atau
pewadahan adalah salah satu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan,
pindahkan, angkut dan dibuang ketempat pembuangan akhir (TPA). Penyimpanan
sampah yang dimaksud adalah tempat pembuangan sampah sementara sebelum diangkut
serta dibuang. Penyimpanan sampah setempat atau dekat dengan penghasil sampah
merupakan hal yang penting dalam pengelolaan sampah yang berhubungan dengan
kesehatan masyarakat sekitar sebab dapat melibatkan nilai-nilai keindahan,kesehatan
dan ekonomi.
Adapun
syarat-syarat tempat sampah sebagai berikut:
1. Konstruksi yang harus kuat.
1. Konstruksi yang harus kuat.
2.
Mudah diisi, dikosongkan dan dibersihkan.
3.
Berukuran sedemikian rupa sehingga mudah diangkut.
4.
kedap air dan tidak mudah berkarat.
5. Mempunyai penutup yang rapat sehingga tidak menarik serangga ataupun binatang lainnya.
Mengingat sampah yang dihasilkan pada sebuah pasar terdiri dari dua jenis yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik), tentunya mempunyai tempat sampah yang harus sesuai dengan jenis sampahnya.
5. Mempunyai penutup yang rapat sehingga tidak menarik serangga ataupun binatang lainnya.
Mengingat sampah yang dihasilkan pada sebuah pasar terdiri dari dua jenis yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik), tentunya mempunyai tempat sampah yang harus sesuai dengan jenis sampahnya.
B. PENGUMPULAN
SAMPAH
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab
dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh
sebab itu setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus
diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke
Tempat Penampungan Akhir (TPA).
Mekanisme, sistem atau cara
pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah
setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khususnya
dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat
dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah
rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo,
2003).
C. PEMUSNAHAN SAMPAH
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat
dilakukan melalui berbagai cara, antara lain
Ø ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas
tanah kemudian sampah dimasukkan dan
ditimbun dengan sampah;
Ø dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di
dalam tungku pembakaran.
Ø dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk,
khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang
dapat membusuk.
D. PENGANGKUTAN SAMPAH
Pengangkutan,
dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan
terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada pengumpulan dengan
pola individual langsung, atau dari tempat pemindahan (Trasfer Depo, Trasfer
Station), penampungan sementara (TPS, TPSS, LPS) atau tempat penampungan
komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir. Sehubungan dengan hal
tersebut, metoda pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari
pola pengumpulan yang dipergunakan.
Pengangkutan sampah adalah pemindahan
sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir yang relatif
besar.
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem sebagai berikut :
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem sebagai berikut :
1. Untuk
pengumpulan sampah yang dilakukan dengan sistem :
a.
Kendaraan angkutan dari pool lansung
menuju lokasi pemindahan atau transfer depo untuk mengangkut sampah lansung ketempat
pembuangan akhir (TPA).
b.
Dari tempat pembuangan akhir kendaraan
tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada ret berikutnya.
2. Untuk
pengumpulan sampah kontainer dengan sistem kontainer pola pengangkutan sebagai
berikut:
Sistem pengosongan kontainer dengan
proses:
a)
Kendaraan dari pool menuju kontainer isi
pertama untuk mengangkut sampah ke TPA.
b)
Kontainer kosong dikembalikan ke tepat
semula.
c)
Kendaraan menujuh ke kontainer isi
berikutnya untuk di angkut ke TPA.
d) Demikian
sampai ret berakhir.
PNGANGKUTAN DENGAN SISTEM CONTAINER
ADA 4 CARA YAITU :
1. Cara
ke-1 (Sistem Container yang diganti)
Dari
Pool, Armroll truck membawa container kosong (CO) menuju landasan container
pertama (C1), menurunkan container kosong dan mengambil container penuh (C1)
secara hidrolis, selanjutnya menuju TPA untuk menurunkan sampah. Dari TPA
membawa container kosong (C1) menuju landasan landasan container ke - dua,
menurunkan container (C1) kemudian mengambil container penuh (C2) untuk dibawa
ke TPA, selanjutnya menuju kelandasan container berikutnya demikian seterusnya.
Setelah rit yang terakhir ( 4 s/d 6 rit/hari ), dari TPA bersama container
terakhir (Cn) yang telah kosong kembali ke Pool.
Pada cara ini pada TD/landasan container setiap saat selalu tersedia container ; sehingga gerobak tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu container kembali dari TPA.
Pada cara ini pada TD/landasan container setiap saat selalu tersedia container ; sehingga gerobak tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu container kembali dari TPA.
2. Cara ke–2 (Sistem Container yang
dipindah)
Armroll
truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama
(C1), untuk mengambil/mengangkut container pertama (C1) ke TPA. Dari TPA,
kendaraan tersebut dengan container kosong (C1) kembali menuju lokasi container
berikutnya (C2), menurunkan container yang kosong (C1) dan mengambil container
yang berisi sampah (C2) untuk diangkut ke TPA demikian seterusnya.
Pada rit terakhir setelah container kosong ( Cn ) diletakkan pada lokasi kontainer pertama , kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara ini terdapat kekosongan container pada landasan container pertama sampai Armroll truck membawa container kosong yang terakhir ( Cn ) dari TPA ke landasan pertama. Pada landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi kekosongan container. Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama karena kemungkinan ada gerobak yang menurunkan sampah atau individu yang membuang sampah di landasan yang tidak ada containemya.
3. Cara ke-3 (Sistem Container yang diangkat)
Pada rit terakhir setelah container kosong ( Cn ) diletakkan pada lokasi kontainer pertama , kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara ini terdapat kekosongan container pada landasan container pertama sampai Armroll truck membawa container kosong yang terakhir ( Cn ) dari TPA ke landasan pertama. Pada landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi kekosongan container. Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama karena kemungkinan ada gerobak yang menurunkan sampah atau individu yang membuang sampah di landasan yang tidak ada containemya.
3. Cara ke-3 (Sistem Container yang diangkat)
Pada
cara ke-3 relatif sama dengan cara ke-2, hanya setelah container pertama (C1)
dibawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya dari TPA tidak menuju ke lokasi
landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari TPA kembali ke
landasan kedua demikian selanjutnya. Secara merata setiap landasan (TD-III)
akan terjadi kekosongan container selama kegiatan pengangkutan dari landasan ke
TPA darn kembali ke landasan yang sama.
4. Cara ke-4 (Sistem Container
Tetap)
Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut
berupa truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi
container pertama (C1) dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck
compactor dari meletakkan kembali container yang kosong itu ditempatnya semula,
kemudian kendaraan langsung menuju lokasi container kedua (C2) mengambil
sampahnya dan meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya.
Pengangkutan dan penyimpanan sampah
harus dilakukan dengan baik dan dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup.
Daftar Pustaka
Sumber: Perencanaan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar